Minggu, 22 Februari 2009

Khusyu' tU... giMana yaa???

Sholat Khusyu'

Sholat merupakan amal ibadah yang sudah sangat sering kita laksanakan setiap hari. Akan tetapi, seiring dengan seringnya kita melaksanakan ibadah tersebut pernahkan kita merasahan hati yang tentram dan tenang saat melaksanakannya maupun seusai itu? Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan untuk mencapai ketentraman hati sebagai atsar dari sholat yang kita lakukan.

  • Ikhlas


Hendaknya seseorang memiliki sifat ikhlas dalam melaksanakan sholat, karena kecintaannya kepada Allah, mengharap ridlo-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dia melaksanakannya bukan karena tendensi kepentingan dunia, akan tetapi semata-mata karena mengharap ridlo dan cinta Allah, takut pada azab-Nya, dan mengharap ampunan dan pahala dari-Nya.


Ibnu Al Qoyyim berkata, "Suatu amal tanpa didasari keihlasan dan tidak sesuai dengan yang telah dicontohkan Rasul, bagaikan seorang musafir yang mengisi tasnya dengan kerikil, yang memberatinya dan tidak memberi manfaat baginya."


Adapun rintangan dalam melaksanakan keihlasan adalah rintangan yang sulit diatasi, akan tetapi dengan keihlasan akan diperoleh sesuatu yang diinginkan, dan memberi manfaat yang sangat besar.

  • Ketulusan dan Kemurnian cinta kepada Allah


Dilakukan dengan cara mengosongkan hati dan memusatkan perhatian untuk menghadap Allah dan melaksanakan sholat dengan sebaik-baiknya serta menyempurnakannya baik lahir maupun batin sholat.


Sholat terbagi dalam bagian lahir dan batin. Bagian lahir adalah perbuatan yang nampak dan ucapan yang terdengar, sedang bagian batinnya adalah kekhusyu'an, muroqobah dan pengosongan hati hanya untuk menghadap kepada Allah dengan sepenuh hati dan tidak berpaling kepada selain Dia. Hal ini berhubungan dengan keadaan ruh ketika sholat. Sedangkan perbuatan berhubungan dengan badan. Jika tidak terdapat ruh dalam sholat, laksana badan tanpa ruh. Tidakah seorang hamba malu menghadap Tuhannya dalam keadaan seperti ini?


Jika tiba waktu sholat seorang pencinta Tuhannya akan segara melaksanakan sholat dengan tulus untuk menyembah-Nya seperti ketulusan seorang pencinta yang benar-benar mencintai kekasihnya yang memintanya melakukan sesuatu.

Hal ini tidak cukup hanya dengan kesungguhan saja, tapi harus dengan mencurahkan semua kemampuan untuk memperbaiki, menghiasi, membenarkan, dan menyempurnakan dirinya untuk memperoleh posisi dihadapan kekasihnya, sehingga memperoleh ridlo-Nya, dan dan dekat dengan-nya. Jadi, apakah seorang hamba itu tidak malu kepada Tuhan, majikan dan Dzat yang disembahnya saat beramal melakukan dengan tidak benar. Padahal dia tahu bahwa orang yang mencintai Tuhannya senantiasa sibuk untuk memperbaiki dan menyempurnakan sholatnya, karena kecintaan mereka kepada sang Khalik.

Seorang pencinta Allah senantiasa mencintai makhluk Allah, akan tetapi dia lebih memilih mencintai Tuhannya. Seseorang yang mampu intropeksi diri dan tahu akan perbuatan-perbuatannya, dia akan malu mempersembahkan amalnya kepada Allah, atau untuk memohon ridlo-Nya dan dia akan tahu seandainya dia tergolong manusia yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencurahkan cinta-Nya dan senantiasa memberikan kebaikan kepadanya.

  • Mengikuti petunjuk Rasul SAW


Sudah menjadi kewajiban setiap musim untuk mengerjakan sholat sebagaimana yang telah dilakukan Rasul SAW tanpa melakukan pengurangan yang tidak dilakukan beliau maupun oleh para sahabat. Sebagaimana yang telah terjadi di kalangan umat manusia. Di antara mereka telah melalaikan sunnah Nabi SAW dengan dalih mengikuti madzhab tertentu. Allah tidak membenarkan perbuatan seperti ini, terutama bagi orang yang telah mengetahui sunnah Nabi SAW. Karena Allah telah memerintahkan kita hanya taat Rasul-Nya, bukan kepada yang lain. Yakni taat atas apa yang telah diperintahkan dan meninggalkan perkara yang tidak beliau lakukan. Allah telah bersumpah bukan termasuk orang-orang yang beriman, hingga kita berpedoman kepada Rasul saat terjadi suatu perselisihan, hanya tunduk atas kebijaksanaan beliau, dan memeluk Islam secara keseluruhan. Kebijaksanaan yang tidak berasal dari beliau tidak akan dapat memberi manfaat kepada kita, dan juga tidak akan dapat menyelamatkan kita dari azab Allah. Dan pada hari kiamat sanggahan kita akan ditolak, tatkala Allah menanyai kita


ماذا أجبتم المرسلين
"Apakah jawabanmu kepada Rasul" (QS. Al Qoshos: 65)


Sebagaimana Allah berfirman,
"Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul (Kami)." (QS.Al A’raf: 6)

  • Ihsan

Dalam hal ini berkaitan dengan muqorobah, maksudnya hendaknya seseorang beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Karena jika kita tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kita. Ihsan tumbuh dari kesempurnaan iman kepada Allah, asma dan sifat-sifat-Nya, hingga seseorang seolah-olah dapat melihat Allah berada di atas langit pada Arsy-Nya, memerintah dan melarang, mengatur kekhalifahan, menentukan dan meminta pertanggungjawaban setiap perkara, yang akan diperlihatkan semua perbuatan dan ruh manusia ketika menghadap kepada-Nya. Dalam hati mereka bersaksi terhadap asma dan sifat-sifat Allah, dan bersaksi bahwa Allah Maha Hidup, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Bijaksana, Yang Memerintah dan Melarang, mencintai dan marah, dan tidak ada suatu perbuatan, perkataan, dan batin manusia yang tersembunyi dari-Nya, bahkan Dia mengetahui sesuatu yang tidak tampak oleh mata dan yang tersembunyi di dalam dada.

Ihsan merupakan pokok dari semua amal hati. Ihsan mengharuskan adanya kemuliaan, keagungan, ketakutan, kecintaan, penyerahan diri, tawakal dan kerendahan hati kepada Allah SWT, merasa hina di hadapan-Nya, menghilangkan was-was dan hawa nafsu, memusatkan hati dan niat hanya kepada Allah dan mensucikan-Nya sebagaimana yang diucapkan oleh kedua bibirnya.

Keberhasilan seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan kadar ihsan, sebagaimana perbedaan keutaman sholat antara dua orang yang diibaratkan antara langit dan bumi. Meskipun keduanya sama-sama berdiri, ruku’, dan sujud, yang membedakannya adalah hadirnya hati di hadapan Tuhannya. Sebagaimana Firman Allah mengenai gambaran orang yang lalai.

فويل للمصلين. الذين هم عن صلاتهم ساهون
“Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya.” (QS. Al-Ma'un : 4-5)

Dari Ammar bin Yasir berkata, ”Aku mendengar Rasul SAW bersabda, ’Sesungguhnya seorang hamba melakukan sholat hanya sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga dan seperdua dari sholat yang diwajibkan baginya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, dan Abu Daud dengan sanad hasan)
  • Bersyukur atas karunia Allah

Hendaknya seseorang mengetahui bahwa hanya karena karunia Allah yang menjadikan diri dan keluarganya mendapat posisi di hadapan-Nya, dan menjadikan hati dan badannya menjalankan perintah-Nya. Kalau bukan karena Allah maka semua itu tidak akan dapat terwujud.

Allah berfirman,
“Mereka merasa telah memberi nikmat kapadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, ’Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, Sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 17)

Allah SWT yang telah menjadikan seorang muslim menjadi muslim, dan orang yang sholat melaksanakan sholat, sebagaimana yang dikatakan Nabi Ibrahim as.

“Ya Tuhan kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (Jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami.” (Al-Baqoroh: 128)
“Ya Tuhanku. Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat.”
(QS. Ibrahim: 40)

Hanya karena karunia Allah yang membuat seseorang menjadi taat kepada-Nya dan dalam hal ini merupakan nikmat yang paling agung. Allah berfirman,

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya).” (QS. An-Nahl: 53)

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yag mengikuti jalan yang lurus." (QS. Al-Hujurat: 7)
Perkara ini merupakan perkara yang paling agung dan paling bermanfaat bagi seorang hamba. Setiap hamba yang paling tinggi ketauhidannya maka keberhasilan dalam perkara ini akan lebih sempurna. Seseorang jika telah mengetahui bahwa Allah SWT yang telah memberi karunia taufik dan hidayah kepadanya berupa pengetahuan dan amal perbuatan yang mengagumkan. Dia telah menentukan hal tersebut kepada manusia, niscaya akan hilang rasa ujub dari hati dan lisannya dan dia tidak akan mengungkit-ungkit ataupun membanggakan amalnya. Ini merupakan kedudukan amal yang tertinggi.
  • Merasa rendah

Seorang hamba yang bersungguh-sungguh dan mencurahkan segala usahanya untuk melaksanakan suatu perintah, dia adalah orang yang memiliki keterbatasan dan Allah lebih berhak untuk diperlakukan seperti itu. Dia lebih layak untuk disembah dengan ketaatan dan penghambaan. Kebesaran dan keagungan-Nya menuntut adanya penghambaan yang sepantasnya. Jika hamba para raja bekerja dengan mengagungkan, memuliakan, penuh rasa malu, keluhuran, rasa takut, dan ketulusan dan memperuntukkan hati dan anggota badan hanya kepada tuannya, maka raja dari para raja, Tuhan lamgit dan bumi lebih layak untuk diperlakukan lebih dari itu semua.

Jika seorang hamba mengetahui dirinya belum menyembah Tuhannya sesuai dengan hak-Nya, maka berarti dia megetahui kekurangan dan keterbatasannya, dan dia tidak mampu melaksanakan apa yang seharusnya menjadi hak-Nya. Maka mengharapkan ampunan atas amal ibadah kepada-Nya lebih dibutuhkan dari pada memohon ampunan dari amal ibadah tersebut. Jika seseorang telah melakukan ibadah dengan benar maka ibadah tersebut sudah menjadi kebutuhannya. Pengabdian dan amal seorang hamba merupakan kewajiban kepada tuannya, apalagi sebagai hamba Allah.
Amal dan pengabdian seseorang sudah menjadi kewajibannya, karena kedudukannya sebagai hamba Allah, jika diberi pahala atas amal dan pengabdiannya, maka hal tersebut semata-mata karena keutamaan, karunia dan kebaikan Allah kepadannya, bukan sebagai hak seorang hamba.
Rasul SAW bersabda, ”Sesungguhnya tidak seorang pun akan masuk surga berdasarkan amalnya. Para sahabat berkata, ‘Tidak jugakah engkau ya Rasulullah?' Beliau menjawab, ’Dan tidak juga aku, kecuali Allah melimpahkan ampunan dan rahmat-Nya kepadaku. (HR. Ahmad, Bukhori, dan Muslim dari Aisyah ra.)

Seseorang yang mengetahui hal ini, maka berarti dia telah mengetahui rahasia dalam amal-amal ketaatan, dan menjadi keharusan baginya mengakhiri semua amalnya dengan memohon ampunan.

Dalam Shahih Muslim dari Tsauban berkata, ”Rasulullah SAW setelah salam dari sholatnya, membaca istighfar tiga kali, dan membaca doa, ’Ya Allah, Engkaulah keselamatan, dari-Mu lah keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan An Nasa’i).
Allah berfirman,
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS.Adz-Dzariyat :17-18)

Allah mengabarkan tentang orang-orang yang memohon ampunan sesudah sholat malam, dan Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk membaca istighfar sesudah thawaf ifadhah dalam haji, dan Dia berfirman,

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al-Baqoroh: 199)

Disyariatkan bagi orang yang berwudlu, setelah wudlu berdo’a,
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri”.
Ini merupakan taubat sesudah wudlu, haji, sholat dan qiyamul lail.
Ringkasnya ini merupakan keadaan seorang hamba terhadap Tuhannya dalam semua amalnya, yang dia tahu bahwa dia tidak mampu memenuhi maqom ini sesuai haknya, maka dia senantiasa memohon ampunan kepada Allah sesudah melakukan semua amal perbuatan. Semakin banyak ketaatannya, maka semakin banyak pula taubat dan istighfarnya. Jika seorang hamba senang melakukan taubat dan sholat dengan tenang, maka akan membekas dalam hati, badan, dan semua tingkah lakunya, dan nampak pada wajah, lisan dan anggota badannya. Dalam hatinya timbul kecondongan kepada akhirat, menjauhi dunia, sedikit tamak pada dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya maka sholatnya telah mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, senang menghadap Allah dan menghindari sesuatu yang dapat menghalanginya dari Allah.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqos ra. Berkata, “Seseorang datang kepada Nabi SAW. dan berkata, ’Ya Rasulullah, berilah aku wasiat.' Rasulullah bersabda, ‘Jangan berharap pada sesuatu yang ada pada diri manusia dan jangan bersikap tamak. Karena itu merupakan kefakiran. Sholatlah yang dengannya kamu mendapatkan ketenangan, dan janganlah kamu meninggalkannya.” (HR. al Hakim dishohihkan dan disetujui olah adz-Dzahabi)
Dari Aisyah istri Rasul berkata, “Aku bertannya kepada Rasul tentang ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mu'minun: 60).
Aisyah berkata, “Apakah mereka orang-orang yang minum khomr dan mencuri?” Rasul menjawab, “Bukan wahai putri ash-Shidiq, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, sholat, bershodaqoh, dan mereka takut tidak diterima. Mereka adalah orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan, dan mereka termasuk orang-orang yang terdahulu dalam kebaikan-kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad 6/159 dan 5, Ibnu Jarir 18/26, Tirmidzi 3175, al-Baghowi dalam tafsirnya 3/312, al Hakim 2/393-394, dishohihkan dan disepakati oleh adz-Dzahabi)

Hadits ini mengandung dua perkara sebagai berikut.
Terdapatnya keterbatasan dan kekurangan seorang hamba
Kesungguhan cinta, seorang hamba yang benar-benar mencintai dia akan mendekatkan diri pada sesuatu yang dicintainya dengan sekuat tenaga. Dia berharap dan merasa malu menghadap-Nya dengan sesuatu yang ada pada dirinya, sedangkan dia tahu yang dicintainya lebih berkuasa dan lebih agung dari dirinya. Ini merupakan bentuk kecintaan makhluk. Oleh karena itu hendaknya kita berusaha menunaikan sholat sesuai dengan kesempurnaannya secara lahir maupun batin.
Sesungguhnya dalam sholat tersebut terdapat sesuatu yang menakjubkan untuk mencegah keburukan dunia. Tidak ada sesuatu yang dapat mencegah keburukan dunia dan mendatangkan kemaslahatan yang menyamai sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari dosa dan penyakit hati, menolak penyakit pada badan, menyinari hati, mencerahkan wajah, menyemangatkan anggota badan dan jiwa, mendatangkan rizki, menolak kedholiman, menolong yang terdholimi, mengekang bercampurnya syahwat, memelihara nikmat, menolak siksa, mendatangkan rahmat dan menghilangkan kesedihan. Sholat dapat menjaga kesehatan, membahagiakan jiwa, menghilangkan kemalasan, menjaga kekuatan, melapangkan dada, memelihara ruh, mendatangkan barokah, menjauhkan dari syaitan, dan mendekatkan kepada yang Maha Pengasih.
Ringkasnya dalam sholat memiliki pengaruh yang sangat menakjubkan dalam menjaga kesehatan serta kekuatan badan dan hati, menolak unsur-unsur dari keduanya, penyakit, malapetaka atau bala yang menimpa seseorang. Kecuali jika keuntungan yang diperoleh orang yang sholat tersebut sangat sedikit. Rahasia dari semua itu adalah bahwasanya sholat merupakan penghubung dengan Allah Azza wa Jalla. Akan dibuka pintu-pintu kebaikan, diputus sebab-sebab keburukan, dilimpahkan anugerah dari Tuhannya, kekuatan, kesehatan, kemanfaatan, kekayaan, ketenangan, kenikmatan, kebahagiaan dan kesenangan yang kesemuannya akan didatangkan dan segera diberikan kepada seorang hamba sesuai kadar hubungannya dengan Tuhannya.
Seorang hamba di hadapan Allah berada pada dua keadaan. Berada di hadapan Allah pada waktu sholat dan pada waktu bertemu dengan-Nya. Barangsiapa melaksanakan dengan benar pada keadaan yang pertama, maka akan dimudahkan baginya pada keadan yang kedua. Barangsiapa yang lalai dan tidak melaksanakan dengan benar, maka akan dipersulit pada keadaan yang kedua.
Allah berfirman,
“Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka pada hari yang berat (hari kiamat).” (QS. Al-Insan: 26-27)

http://pesantren.or.id.29.masterwebnet.com/ppssnh.malang/cgi-bin/content.cgi/artikel/menuju_shalat_khusyu.single

Kamis, 12 Februari 2009

Musyrik,,

Musyrik

  • Pengertian Musyrik
Musyrik adalah orang yang mempersekutukan Allah, mengaku akan adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah. Perbuatan itu disebut musyrik. Syrik adalah perbuatan dosa yang paling besar, kerana itu kita harus menjauhi perbuatan yang menjerumuskan kepada syrik. Firman Allah ; “Ingatlah Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya:’Hai anakku!janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar’ “ [Qs Luqman:13]
Dengan demikian, org musyrik itu di samping menyembah Allah mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya kepada yang selain Allah.
Jadi org musyrik itu ialah mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk I’tikad (kepercayaan), ucapan mahupun dalam bentuk amal perbuatan.
Mereka (org musyrik) menjadikan mahkluk yang diciptakan Allah ini baik yang berupa benda mahupun manusia sebagai Tuhan dan menjadikan sebagai Andad, Alihah, Thoughut dan Arbab…..
  • Alihah ialah suatu kepercayaan terhadap benda dan binatang yang menurut keyakinannya dapat memberikan manfaat serta dapat menolak bahaya. Misalnya kita memakai cincin merah delima, dan kita yakin bahawa dengan memakainya dapat menghindarkan bahaya. Adapun kepercayaan memelihara burung Terkukur dapat memberikan kemajuan dalam bidang perniagaannya. Dan itulah dinamakan Alihah, yakni menyekutukan Allah dengan binatang dan benda (Kepada Makhluk).

  • Andad, sesuatu perkara yang dicintai dan dihormati melebihi daripada cintanya kepada Allah, sehingga dapat memalingkan seseorang dari melaksanakan ketaatan terhadap Allah dan RasulNya. Misalnya saja seorang yang senang mencintai kepada benda, keluarga, rumah dan sebagainya, dimana cintanya melebihi cintai terhadap Allah dan RasulNya, sehingga mereka melalaikan dalam melaksanakan kewajiban agama, kerana terlalu cintanya terhadap benda tersebut (makhluk tersebut).

  • Thoghut ialah orang yang ditakuti dan ditaati seperti takut kepada Allah, bahkan melebihi rasa takut dan taatnya kepada Allah, walaupun keinginan dan perintahnya itu harus berbuat derhaka kepadaNya.

  • Arbab, ialah para pemuka agama (ulama,ustad) yang suka memberikan fatwa, nasihat yang menyalahi ketentuan (perintah dan Larangan) Allah dan RasulNya, kemudian ditaati oleh para pengikutnya tanpa diteliti dulu seperti mentaati terhadap Allah dan RasulNya. Para pemuka agama itu telah menjadikan dirinya dan dijadikan para pengikutnya Arbab (Tuhan selain Allah). Bentuk musyrik ini menyesatkan terhadap perilaku manusia. Dan dengan memiliki aqidah seperti itu dapat menghilangkan Keimanan.

  • Peringkat Syrik


Antara tahap-tahapnya….

  • Menyembah sesuatu selain Allah Menyembah sesuatu selain Allah adalah termasuk syirik yang paling berat dan tinggi.

Mereka ini menyembah benda-benda, patung, batu, kayu, kubur bahkan manusia dan lain-lainnya. Mereka percaya bahawa benda-benda (makhluk) tersebut adalah tuhan-tuhan yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan. Termasuk dalam tahap syrik seperti ini adalah mengadakan pemujaan seseorang tokoh pepimpin.

  • Mempersekutukan Allah.

Artinya mempercayai bahawa makhluk selain Allah itu mempunyai sifat-sifat seperti yang ada pada Allah. Dalam kategori mempersekutukan Allah ini adalah faham Trinti menurut kepercayaan Kristian, begitu faham Trimurti menurut kepercayaan agama Hindu, yang mempercayai bahawa Tuhan itu ada tiga, iaitu Brahman (tuhan menciptakan alam seisinya),Wisnu(Tuhan yang memelihara Alam) dan Syiwa (Tuhan yang menghancurkan alam).

  • Mempertuhankan Manusia.

Mempertuhankan manusia atau menjadikan manusia sebagai tuhannya adalah termasuk syrik atau mempersekutukan Allah. Termasuk didalam mengtuhankan manusia itu adalah pemuka-pemuka agama,ulama, pendita, para auliya’,para solehin dan sebagainya. Dalam ajaran ilmu Tauhid terlalu mengagungkan, mendewakan seseorang itu dinamakan Ghuluwwun. Ertinya keterlaluan dalam mengagungkan dan meninggikan darjat makhluk sehingga ditempatkan pada kedudukan yang bukan sepatutnya menempati kedudukan itu kecuali Allah.

  • Bahaya Syirik


Firman Allah: “Maka apakah orang kafir (musyrik) menyangka bahawa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir(musyrik)” [Qs Al Kahfi:102]

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syrik, dan Dia mengampuni dosa-dosa selain dari syrik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. BArangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” [Qs At Taubah:113]

Sabda Rasulullah: “Sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kamu sekalian ialah syrik yang paling kecil. Ketika Nabi SAW ditanya:’Apa syrik kecil itu?’,Nabi SAW bersabda:”Ri’yak” Imam Muslim meriwayatkan, yang datangnya dari Nabi SAW baginda bersabda:”Barangsiapa yang menjumpai Allah (meninggal dunia) dalam keadaan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun, dimasuk syurga dan barangsiapa menjumpai Allah keadaan mempersekutukanNya dengan sesuatu, dia masuk neraka”

http://www.smartgeneration.com.my/index.php/user_blog/view/7008?ubid=1230&ubuid=7008

Musyrik adalah orang yang melakukan dosa syirik (berasal dari kata syarikah : persekutuan) yaitu mempersekutukan atau membuat tandingan hukum atau ajaran lain selain dari ajaran/hukum Allah. Syirik adalah akhlak yang melampaui batas aturan dan bertentangan dengan prinsip tauhid yaitu dengan mengabdi , tunduk , taat secara sadar dan sukarela pada sesuatu ajaran / perintah selain dari ajaran Allah.

Dalam Islam, syirik adalah dosa yang tak bisa diampuni kecuali dengan pertobatan dan meninggalkan kemusyrikan sejauh-jauhnya.

Kemusyrikan secara personal dilaksanakan dengan mengikuti ajaran2 selain ajaran Allah secara sadar dan sukarela (membenarkan ajaran syirik dalam qalbu, menjalankannya dalam tindakan dan berusaha menegakkan atau menjaga ajaran syirik tersebut).

Kemusyrikan secara sosial/komunal (jama'ah atau bangsa) dijelaskan pada surat Ar-Rum/Roma 31-32:
“janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah yaitu orang-orang yang memecah-belah din mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan merek”a.
Jadi fanatisme golongan/sektarian dengan berpecah belah dari ajaran Allah merupakan kemusyrikan yang besar karena melibatkan manusia secara sosial, antara lain dengan bermazhab-mazhab, berpartai-partai dengan tujuan kepentingan kelompok mereka sendiri dan menciptakan aturan-aturan sendiri(yang berlandaskan kepentingan kelompok tersebut). Keadaan ini menyebabkan disintegrasi antar manusia, kalaupun terjadi perdamaian yang ada adalah perdamaian semu, sehingga kehendak Allah pada manusia tidak bisa terlaksana karena kekacauan.

Tujuan diutusnya para Rasul adalah untuk mengintegrasikan kembali manusia dari kondisi berpecah belah, kembali menjadi Ummat yang Tauhid (satu) yaitu satu Azas/Prinsip (Rubbubiyah) , satu kekuasaan (Mulkiyah) dan satu ketaatan (Uluhiyah). Adapun Azas2 atau prinsip-prinsip tersebut telah ada pada alam semesta dan Kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Kafir...??

KAFIR
  • Pengertian Kafir


Kafir bermakna orang yang ingkar,yang tidak beriman (tidak percaya) atau tidak beragama Islam.

Dengan kata lain orang kafir adalah orang yang tidak mahu memperhatikan serta menolak terhadap segala hukum Allah atau hukum Islam disampaikan melalui para Rasul (Muhammad SAW) atau para penyampai dakwah/risalah. Perbuatan yang semacam ini disebut dengan kufur.

Kufur pula bermaksud menutupi dan menyamarkan sesuatu perkara. Sedangkan menurut istilah ialah menolak terhadap sesuatu perkara yang telah diperjelaskan adanya perkara yang tersebut dalam Al Quran. Penolakan tersebut baik langsung terhadap kitabnya ataupun menolak terhadap rasul sebagai pembawanya.

‘Sesungguhnya orang kafir kepada Allah dan RasulNya, dan bermaksud memperbezakan antara Allah dan RasulNya seraya (sambil) mengatakan:’Kami beriman kepada yang sebahagian (dari Rasul itu / ayat Al Quran) dan kami kafir (ingkar) terhadap sebahagian yang lain. Serta bermaksud (dengan perkataanya itu) mengambil jalan lain diantara yang demikian itu (iman dan kafir). Merekalah orang kafir yang sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk mereka itu seksaan yang menghinakan” [Qs An Nisa, 150-151]

  • Pembagian Kafir

1. Kafir yang sama seDaftar Bernomorkali tidak percaya akan adanya Allah, baik dari segi zahir dan batin seperti Raja Namrud dan Firaun.

2. Kafir jumud (rtinya membantah). Orang kafir jumud ini pada hatinya (pemikirannya) mengakui akan adanya Allah TAPI tidak mengakui dengan lisannya, seperti Iblis dan sebagainya.

3. Kafir ‘Inad .Orang kafir ‘Inad ini, adalah mereka pada hati (pemikiran) dan lisannya (sebutannya) mengakui terhadap kebenaran Allah, TAPI tidak mahu mengamalkannya , mengikuti atau mengerjakannya seperti Abu Talib.

4. Kafir Nifaq iaitu orang yang munafik. Yang mengakui diluarnya,pada lisannya saja terhadap adanya Allah dan Hukum Allah, bahkan suka mengerjakannya Perintah Allah, TAPI hatinya (pemikirannya) atau batinnya TIDAK mempercayainya.

  • Tanda Orang Kafir


a.Suka pecah belahkan antara perintah dan larangan Allah dengan RasulNya.

b.Kafir (ingkar) perintah dan larangan Allah dan RasulNya.

c.Iman kepada sebahagian perintah dan larangan Allah (dari Ayat Al Quran),tapi menolak sebahagian daripadanya.

d.Suka berperang dijalan Syaitan (Thoghut).

e.Mengatakan Nabi Isa AL Masihi adalah anak Tuhan.

f.Agama menjadi bahan senda gurau atau permainan .

g.Lebih suka kehidupan duniawi sehingga aktivitas yang dikerjakan hanya mengikut hawa nafsu mereka, tanpa menghiraukan hukum Allah yang telah diturunkan.

h.Mengingkari adanya hari Akhirat, hari pembalasan dan syurga dan neraka.

i.Menghalangi manusia ke jalan Allah. Hubungan Orang Kafir. Berhubungan Muslim dengan Orang kafir adalah tidak dilarang, dicegah bahkan dibolehkan oleh Islam, KECUALI adanya perhubungan (bertujuan) yang memusuhi Allah dan RasulNya (Hukum Allah), termasuk merosakkan aqidah Islam.

http://www.smartgeneration.com.my/index.php/user_blog/view/7008?ubid=1230&ubuid=7008


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kafir adalah orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. Ada kafir harbi yaitu orang kafir yang mengganggu dan mengacau keselamatan Islam sehingga wajib diperangi, ada kafir muahid yaitu orang kafir yang telah mengadakan perjanjian dengan umat Islam bahwa mereka tidak akan menyerang atau bermusuhan dengan umat Islam selama perjanjian berlaku, dan ada kafir zimi yaitu orang kafir yang tunduk kepada pemerintahan Islam dengan kewajiban membayar pajak bagi yang mampu.

  • KAFIR MENURUT UMAT MUSLIM :


* Q.S. 2:6-7,

"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."Innal ladziina kafaruu sawaa-un 'alaihim a andzartahum am lam tundzirhum laa yu'minuun khatamallaahu 'alaa quluubihim wa 'alaa sam'ihim wa 'alaa abshaarihim ghisyaawatuw wa lahum 'adzaabun 'azhiim.

* Q.S. 2:39,
"Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."Wa ladziina kafaruu wa kadzdzabuu bi aayaatinaa ulaa-ika ash-haabun naari hum fiihaa khaaliduun.Menurut Ensiklopedi Islam Indonesia, dalam teologi Islam, sebutan kafir diberikan kepada siapa saja yang mengingkari atau tidak percaya kepada kerasulan nabi Muhammad (570-632 M) atau dengan kata lain tidak percaya bahwa agama yang diajarkan olehnya berasal dari Allah pencipta alam. Kendati orang Yahudi atau Kristen meyakini adanya Tuhan, mengakui adanya wahyu, membenarkan adanya hari akhirat dan lain-lain, mereka - dalam teologi Islam - tetap saja diberi predikat kafir, karena mereka menolak kerasulan nabi Muhammad atau agama wahyu yang dibawanya.

http://www.sarapanpagi.org/kafir-vt165.html

Fasik tUwh...

FASIK

Menurut bahasa: alfisqu = alkhuruj (keluar)
Menurut syara : keluar dari keta’atan kepada Allah

  • Kefasikan ada 2 macam:

a) Kefasikan yang membuatnya keluar dari agama, yakni kufur, karena itu orang kafir juga disebut orang fasik


QS Al-Kahfi (18):50

Artinya: “Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti bagi orang-orang yang zalim.”
QS As-Sajadah (32):20Artinya: “Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.”


b) Kefasikan yang tidak membuat seorang keluar dari agama sehingga orang-orang fasik dari kamu muslimin disebut al-’ashi (pelaku maksiat), dan kefasikannya itu tidak mengeluarkannya dari Islam

QS An-Nuur(24):4
Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.”

QS Al-Baqarah(2):197
Artinya: “Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

http://belajartauhid.wordpress.com/category/kufur/

Riddah tU aPa yaa..??

Riddah

Secara bahasa: Arraddatu (riddah) artinya Ar-ruju’u (kembali)
Menurut istilah: kufur setelah Islam

QS Al-Baqarah (2): 217)
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah, Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka mengembalikan kamu dari agamamu , seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
  • Riddah ada 4 macam:

1. Riddah dengan ucapan

  • Seperti mencaci Allah atau rasulNya shallallahu ‘alaihi wassallam, atau malaikat-malaikatNya atau salah seorang dari rasulNya Mengaku mengetahui ilmu ghaib atau mengaku nabi atau membenarkan orang yang mengaku sebagai nabi Berdo’a kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepadaNya

2. Riddah dengan perbuatan

  • Seperti sujud kepada patung, pohon, batu, kuburan dan memberikan sembelihan untuknya Membuang mushaf Al-Qur’an ditempat-tempat yang kotor Melakukan sihir, mempelajari dan mengajarkannya Memutuskan hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah dan meyakini kebolehannya

3. Riddah dengan I’tiqad (kepercayaan)

  • Seperti kepercayaan adanya sekutu bagi Allah atau kepercayaan bahwa zina, khamr dan riba adalah halal atau hal semisalnya yang telah disepakati kehalalan, keharaman atau wajibnya secara ijma’ (konsensus) yang pasti, yang tidak seorangpun tidak mengetahuinya.

4. Riddah dengan keraguan.

  • Tentang sesuatu sebagaimana yang disebutkan di atas

  • Konsekuensi Hukum
  1. Yang bersangkutan diminta untuk bertaubat.
  2. Jika ia bertaubat dan kembali kepada Islam dalam masa tiga hari, maka taubatnya diterima kemudian ia dibiarkan (tidak dibunuh).
  3. Jika ia tidak mau bertaubat maka ia wajib dibunuh, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alahi wassallam, “Barangsiapa mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah dia” (HR Al-Bukhari dan Abu Daud).
  4. Dilarang membelanjakan hartanya saat ia dalam masa diminta untuk bertaubat, jika ia masuk Islam kembali maka harta itu miliknya. Jika tidak maka harta itu menjadi fa’i (rampasan) Baitul Mal sejak ia dibunuh atau mati karena riddah. Pendapat lain mengatakan, begitu ia jelas-jelas murtad maka hartanya dibelanjakan untuk kemaslahatan umat Islam.
  5. Terputusnya hak waris mewarisi antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia tidak mewarisi antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia tidak mewarisi harta mereka dan mereka tidak mewarisi hartanya.
  6. Jika ia mati atau dibunuh dalam keadaan riddah, maka ia tidak dimandikan, tidak dishalatkan, dan tidak dikubur dikuburan umat Islam.


http://belajartauhid.wordpress.com/category/riddah/